TAFSIR QS. AN-NAAS



بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
ö@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ   Å7Î=tB Ĩ$¨Y9$# ÇËÈ   Ïm»s9Î) Ĩ$¨Y9$# ÇÌÈ   `ÏB Ìhx© Ĩ#uqóuqø9$# Ĩ$¨Ysƒø:$# ÇÍÈ   Ï%©!$# â¨ÈqóuqムÎû Írßß¹ ÄZ$¨Y9$# ÇÎÈ   z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ  
Artinya: Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, raja manusia., sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (QS. An-Naas: 1-6)
Permohonan perlindungan yang dimaksud adalah kepada Rabb yang memelihara dan menguasai manusia, malik yang merajai manusia, dan Ilah yang menjadi sembahan manusia. sedangkan yang dimohonkan perlindungan dari-Nya ialah kejahatan syetan yang biasa bersembunyi, yang biasa membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia.
Allah swt memberikan pengarahan kepada Rasulullah saw untuk meminta perlindungan hanya kepada Allah sebagai Rabb, Malik, dan Illah dari kejahatan yang tersembunyi berupa bisikan-bisikan halus jin dan manusia, yang hanya Allah lah yang mampu melindunginya.
Kita tidak menyadari bagaimana bisikan jin itu terjadi, namun dampaknya bisa kita rasakan dalam kehidupan nyata. Seperti gemar melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat atau banyak maksiat.
Dendam iblis terhadap manusia akan terus berlanjut hingga hari qiyamat, dan Allah pun telah mengizinkan mereka untuk mengganggu manusia, oleh karena itu Allah menjadikan iman sebagai perisai, dzikir sebagai perbekalan, dan isti’adzah sebagai permohonan perlindungan atau senjata. Jika manusia lupa akan perisai, bekal, dan senjatanya maka ia akan menjadi orang yang tercela.

Ibnu Abbas ra, mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
اَلسَّيْطَا نُ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ اَدَمَ فَاِذَا ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى خَنَسَ وَاِذَا غَفَلَ وَسْوَسَ
“Setan itu tetap berada di hati anak adam, apabila ia mengingat Allah, setan itu bersembunyi, dan apabila ia lalai, setan itu membisikinya” (diriwayatkan oleh Bukhari tanpa menyebutkan rentetan sanadnya)
Adapun mengenai manusia, kita mengetahui banyak tentang bisikan mereka. Dan di antara bisikan mereka ada yang lebih berat daripada bisikan syetan.
Teman yang tidak baik, membisikkan kejahatan ke dalam hati dan pikiran temannya tanpa perhitungan dan tanpa berhati-hati. Ajudan membisikkan kepada penguasa sehingga ia terus merajalela dan sewenanag-wenang berbuat kerusakan di bumi. provokator, menghiasi perkatan mereka sedemikian rupa, sehingga tampak seolah-olah apa yang dikatakannya itu adalah kebenaran yang nyata dan tidak diragukan lagi.
Juga berpuluh-puluh pembisik yang bersembunyi, yang memasang jaring dan perangkap dengan sembunyi-sembunyi, dan memasukkannya lewat jendela hati yang samar, yang mereka ketahui dan mereka rasakan. Manusia tidak bisa menolak bisikan yang halus itu, karena itu Allah menunjukkan kepadanya perisai, bekal, dan senjata dalam melakukan peperangan terhadap bisikan halus tersebut.
Manusia harus menyadari bahwa peperangan tersebut tidak hanya terjadi sekali saja, namun akan terus berlanjut hingga hari qiyamat. Maka sikap yang paling baik ialah bersandar kepada kekuatan, yang tidak ada kekuatan yang sebenarnya selain kekuatan Allah swt.

Komentar